Menulis itu Candu,
Saya yakin,
setiap insan bisa menulis. Menulis adalah sebuah kegiatan merangkai huruf
menjadi kata, dan menggabungkan nya menjadi kalimat hingga membentuk sebuah
tulisan atau paragraf yang memiliki maksud / tujuan tertentu, yang ditujukan
untuk kalangan umum / tertentu. Dalam hal ini, bisa saya katakan menulis itu candu. Bicara
tentang kata “candu”, jika kita menilik arti kata tersebut di kamus besar
bahasa indonesia akan ada arti yang lebih dari satu. Tapi, yang saya
maksudkan disini adalah candu dalam artian sebuah kegemaran. Kalau kita
sudah gemar melakukan sesuatu, barangtentu, hal yang kita lakukan tersebut nggak
hanya dilakukan sekali, namun beberapa atau bahkan berkali-kali, hingga
rasa-rasanya hal yang kita lakukan tadi membuat candu atau ketagihan
(dalam bahasa agak kasar nya). Layaknya mariyuana, shabu, atau
barang sejenis, yang mana barang tersebut bisa membuat candu pada tiap
insan yang mengkonsumsi nya. Menulis (menurut saya) juga demikian.
Kalian tentu tahu :Pram, Tan Malaka, Bung Hatta,
Sudjiwo Tedjo, Cak Nun, Onno W Purbo, Fiersa Besari, Boy Candra, Tere Liye dan
sekian banyak nama-nama penulis terkenal di Indonesia lainnya.
Mereka yang saya sebutkan
tadi, dalam menulis buku, nggak cuma satu buku aja yang sudah
terbit. Yang terkenal salah satunya adalah “tetralogi pulau buru” karya
penulis asal Blora, ya beliau adalah Pramoedya Ananta Toer.
Tetralogi pulau buru ini buku nya nggak cuma satu, ada 4 yakni : Bumi Manusia,
Anak Semua Bangsa, Jejak Langakah dan Rumah Kaca.
Sudah saya jabarkan tadi, menulis itu candu. Dalam sehari
kamu update status berapa kali ? Update status, baik di WA, facebook,
instastory maupun nge-tweet adalah kegiatan menulis juga. Tiap insan
dalam sehari tentu bisa meng-update hingga beberapa status di media
sosial, nggak cuma sekali. Menulis itu candu.
Cobalah menulis, seperti yang saya lakukan ini, maka
kamu akan ke candu-an untuk bisa menulis lagi kedepannya, menulis dengan
melanjutkan isi dari tulisan sebelumnya, atau menulis lagi dengan ide-ide segar
lainnya buah pikiran kalian. Karna menulis itu merupakan anugerah dari Tuhan,
menulis itu sarana ber-ekspresi, kalau pelukis menuangkan ekspresi dalam
bentuk gambar, maka penulis menuangkan ide/gagasan/ekspresi dalam bentuk rangkaian aksara.
Menulis itu candu, dengan menulis bisa mendatangkan
pendapatan / royalti, tentu buah dari tulisan tadi di buku-kan, di cetak di
penerbit dan dibagikan kepada khalayak ramai dengan syarat / nominal tertentu.
Menulis itu membaca, bukan-kah begitu ? Dengan
menulis, secara tak disengaja kamu juga akan membaca. Dengan menulis,
sedikit-banyak wawasan kamu juga akan terbuka. Kalau wawasan kita saja luas,
tentu akan enak saat di ajak ngobrol oleh siapapun dan dimanapun.
Menulis itu dimana saja! Tentu dalam hal ini, manusia
harus bijak, harus tahu etika, harus tahu, tempat mana yang layak untuk dituangkan
tulisan, mana yang tidak. Di era yang katanya milenial ini, banyak kok sarana untuk
menulis. Salah satu nya yang saya lakukan adalah menulis di personal blog, bisa
juga menulis di zine, koran, majalah atau bebas dimanapun, selama
mengedepankan etika menulis dan kenyamanan
apresiator.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia
tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer
0 komentar:
Posting Komentar